
IPDA Niscala Arkananta H.S,S.Tr.K.
Disuatu desa hiduplah sebuah keluarga yang sangat sederhana. Keluarga tersebut dikepalai oleh pak Surya, keluarga yang beranggotakan 2 orang anak perempuan dan satu istri yang sangat baik yaitu bu Isda. Pak Surya yang bertanggungjawab mencukupi kebutuhan keluarganya harus bekerja sampingan sebagai buruh. Selain itu bu Isda yang hanya ibu rumah tangga tak mau melihat suaminya bekerja banting tulang sendiri, akhirnya ia membantu suaminya dengan menjadi buruh home industry budidaya jamur tiram di tetangganya. Demi mencukupi kebutuhannya sehari hari dan biaya sekolah anaknya, pak Surya dan bu Isda rela membanting tulang setiap harinya.
Niscala atau yang akrab dipanggil Caca adalah anak pak Surya yang sekarang bersekolah di tingkat SMP. Tak lama sekolah Caca akan mengadakan UTS (ujian tengah semester), syarat untuk mengikuti UTS ini adalah harus membayar SPP. Caca bingung harus bagaimana agar bisa mengikuti UTS ini, dia tahu bahwa ayah dan ibunya sedang krisis ekonomi, tetapi disisi lain Caca tak mau bila dia tidak bisa mengikuti UTS. Mau tak mau Caca harus membicarakan ini dengan ayah. Setelah bel pulang berbunyi Caca bergegas pulang.
Sesampainya di rumah Caca berbicara kepada ibunya
”Bu, ayah ada nggak di rumah?”
“Tidak ada nak, ayah belum pulang kerja” ucap ibu.
“Ya sudah bu” kata Caca. Setelah itu ia memasuki kamarnya.
Hari sudah mulai petang, bu Isda menunggu didepan rumah untuk menyambut kedatangan suaminya. Tak lama menunggu, akhirnya pak Surya datang.
“Assalamu’alaikum” ucap pak Surya.
“Wa’alaikumsalam” jawab bu Isda.
Tak lama setelah berbincang bincang Caca pun mendatangi ayah dan ibu untuk memberitahukan soal pembayaran SPP yang harus segera dilunasi untuk mengikuti UTS.
“Ayah… kapan akan melunasi SPP ku?”
“Sebentar nak, kalau ayah sudah gajian ayah akan segera melunasi SPP mu”
“Ya sudah yah, aku masuk dulu”
“Iya nak”. Jawab Ayah
Disaat semua keluarga sedang berkumpul diruang tamu terdengar telfon berbunyi. Kemudian ayah beranjak dari kursi untuk mengangkat telfonnya Ternyata itu adalah Vivi kakaknya Caca yang sedang kuliah dikota.
“Assalamu’alaikum ayah, ini Vivi. Ayah apa kabar?” ucap Vivi.
“Wa’alaikumsalam, Alhamdulillah ayah sehat nak” jawab ayah.
“Ayah, sebentar lagi waktunya membayar UKT (uang kuliah tunggal). Ayah kapan akan membayarkan UKT ku?
“Sebentar ya nak, nanti kalau ayah sudah gajian.” Jawab ayah pelan.
“Ya sudah yah, maafkan Vivi ya yah, gaji Vivi kerja hanya cukup untuk bayar kos dan kebutuhan Vivi disini” ucap kak Vivi yang terdengar sedih.
“Iya nak, tidak apa. Kamu bisa mencukupi kebutuhanmu sendiri itu sudah cukup membantu meringankan beban ayah. Kamu jaga diri baik baik dikota ya nak.” Jawab ayah dengan mata yang berkaca kaca.
Melihat hal itu, tentu saja hati Caca sangat sedih dengan keadaan ekonomi keluarganya saat ini. Caca bingung apa yang harus dia lakukan untuk membantu ayah dan ibunya, sementara dia masih SMP dan belum bisa bekerja. Caca sempat berpikir untuk putus sekolah demi membantu orang tuanya bekerja. Caca lalu menghampiri ibunya yang sedang membuatkan kopi ayahnya didapur. Caca meminta saran kepada ibunya mengenai keputusannya ingin berhenti sekolah. Ibu pun sontak melarang keputusan Caca dan menanyakan apa sebab Caca membuat keputusan itu. Caca menjelaskan kepada ibunya jika dia tidak tega melihat ayah dan ibu yang setiap hari bekerja tanpa kenal lelah untuk membiayai sekolahnya dan kuliah kakaknya, maka dari itu Caca ingin berhenti sekolah saja untuk mengurangi beban ayah sama ibu, Caca akan ikut buruh bekerja bersama ibu. Ibunya seketika menangis mendengar jawaban anaknya. Ibu menjelaskan kepada Caca bahwa Caca tak sepatutnya memikirkan hal itu, ayah dan ibu sudah punya tekad untuk menyekolahkan kalian setinggi tingginya.
Ayah sama ibu tidak ingin jika Caca dan kakanya mengalami nasib yang sama seperti mereka.Keesokan harinya, pak Surya mendapatkan gajian dari bosnya. Segeralah pak Surya pulang untuk memberikan uang gajiannya kepada istrinya, bu Isda. Namun nahas, ketika diperjalanan pulang ada seorang pengendara sepeda motor yang menabrak pak Surya dari arah belakang, seketika itu juga tubuh pak Surya tersungkur diatas aspal. Mendengar suara yang cukup keras dari luar, warga sekitar pun banyak yang berlarian keluar rumah untuk melihat keadaan. Semua orang panik melihat adanya kecelakaan, lalu semua warga berlarian untuk menolongnya. Setelah warga melihat wajahnya, ternyata itu adalah pak Surya. Kemudian salah satu warga menelepon istrinya pak Surya, bu Isda. Bu Isda yang waktu itu sedang memasak sontak saja ia kaget ketika mendapat telepon bahwa suaminya sedang tertimpa musibah kecelakaan.
Pak Surya dibawa oleh warga ke puskesmas terdekat. Tak lama setelah itu, bu Isda datang dengan berlinang air mata, ia tak kuasa melihat suaminya yang terbaring penuh luka. Setelah menunggu selama setengah jam akhirnya dokter keluar dari ruang UGD, dokter berkata kepada bu Isda jika pak Surya hanya mengalami luka ringan saja, tidak ada luka dalam yang serius. Mendengar hal itu bu Isda sangat lega tak lupa ia bersyukur kepada tuhan karena suaminya tidak mengalami luka yang parah.
Di sekolah Caca hari ini adalah hari terakhir membayar SPP mau tidak mau saat ini juga ia harus membayarnya, karena jika tidak ruang TU akan segera tutup begitu juga dengan dirinya yang tidak akan bisa mengikuti UTS besok Senin. Caca merasa sedih karena semua teman temannya sudah mengambil kartu ujian, dikelasnya hanya dia saja yang belum mengambilnya. Tak lama bel sekolah berbunyi, kesempatan untuk membayar SPP pun sudah habis, ruang TU nya juga sudah tutup, tak ada lagi harapan bagi Caca untuk mengikuti UTS. Sepanjang jalan pulang ke rumah Caca tak kuasa menahan tangisnya. Dia merasa sudah tak punya kesempatan lagi untuk mengikuti UTS minggu depan.
Sesampainya di rumah, Caca dibuat bingung dengan keadaan rumahnya dengan pintu yang masih terbuka namun sepi sekali bahkan ibunya juga tidak ada dirumah. Sesaat kemudian tetangga Caca, mbok Jum datang menghampirinya.
“Nak, kamu yang sabar ya, ayah kamu sedang terkena musibah” kata mbok Jum sambil mengelus kepala Caca.
“Ayah kenapa mbok jum? Terus sekarang ayah sama ibu dimana?” ucap Caca yang diiringi tangisan.
“Ayahmu sekarang ada dipuskesmas nak, ibumu sekarang juga ada disana menemani ayahmu” jawab mbok Jum sembari memeluk Caca.
Caca yang khawatir dengan keselamatan ayahnya, ia meminta tolong kepada pak lek Tarjo untuk mengantarkannya ke puskesmas tempat ayahnya dirawat. Kebetulan paklek Tarjo adalah anak mbok Jum yang sering membantu keluarga Caca. Ketika sampai dipuskesmas Caca langsung berlari memeluk ibunya sembari menangis. Lalu ibunya berusaha untuk menenangkan Caca yang sedang menangis itu, ibunya berkata jika ayahnya tidak apa apa dan akan segera siuman. Caca tidak percaya dengan apa yang dikatakan ibunya, ia ingin masuk ke ruang UGD langsung untuk membuktikannya. Namun ibunya melarangnya karena dokter belum mengizinkan ayahnya untuk dijenguk.
Waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore tapi dokter masih juga belum mengizinkan Caca dan ibunya masuk kedalam ruangan ayahnya. Hingga azan maghrib pun berkumandang, Caca dan ibunya lalu pergi ke mushola menunaikan sholat maghrib bersama. Caca berdoa agar ayahnya selalu diberi kesehatan, keselamatan, dan segera sembuh seperti sediakala.
Begitu juga dengan bu Isda yang menginginkan suaminya segera siuman dan sembuh. Saat akan kembali ke ruang tunggu mereka berdua tidak sengaja berpapasan dengan dokter yang memeriksa pak Surya.
“Apa ibu keluarga dari pasien atas nama pak surya?” Tanya dokter itu kepada bu Isda
“Iya dok, bagaimana keadaan suami saya, apakah sudah boleh dijenguk dok?” ucap bu Isda
“Sudah bu, pak Surya sekarang sudah siuman dan boleh dijenguk,beliau juga sudah dipindahkan ke ruang rawat no 21” ucap dokternya.
“Terima kasih dok”
“Iya sama sama bu. Mari bu!”. Ucap pak okter
Raut wajah bahagia mulai menyelimuti caca dan ibunya, lalu mereka pergi menghampiri pak Surya diruang rawat inap. Sesampainya disana Caca melihat ayahnya yang berkaca kaca melihat dirinya yang masih mengenakan seragam sekolahnya. Pak Surya sedih karena ia terlambat membayarkan SPP Caca, ia merasa bersalah kepada putrinya itu. Pak Surya adalah sosok ayah yang bertanggung jawab bahkan ia selalu mengutamakan keluarganya dibanding dengan dirinya.
Pak Surya meminta maaf kepada Caca sebab uang yang seharusnya digunakan untuk membayar SPP sekolahnya kini malah digunakan untuk membayar pengobatannya. Caca tidak ingin membuat ayahnya sedih, sontak ia berkata kepada ayahnya bahwa ia tidak apa apa jika harus mengikuti ujian UTS menyusul, karena yang terpenting saat ini baginya adalah kesehatan ayahnya. Kemudian Caca mengusap air mata ayahnya lalu memeluknya. Suasana haru menyelimuti ruangan rawat inap kala itu.
Tiga hari telah berlalu, kini pak Surya sudah sembuh dan kembali bekerja seperti biasanya begitu juga dengan bu Isda yang kembali buruh bekerja. Mengingat hari ini adalah hari pertama UTS disekolahnya, Caca menjadi tidak semangat untuk pergi ke sekolah, wajah Caca terlihat murung dan sedih. Lalu ibu bertanya tentang apa yang sedang dipikirkan Caca. Lalu Caca pun bercerita kepada ibunya jika ia takut berangkat ke sekolah, ia takut akan dimarahi oleh gurunya karena belum membayar SPP.
Kemudian ibunya menasehati Caca, bahwa Caca harus tetap berangkat ke sekolah walaupun ia nantinya tidak bisa mengikuti UTS karena belum membayar SPP, ibunya berkata jika ia harus berani menghadapi semua masalah yang datang, ia harus punya tekad yang kuat untuk tetap belajar dan menggapai impian. Ibunya juga yakin bahwa kelak Caca akan menjadi orang yang sukses, selain itu ibunya juga meyakinkan bahwa gurunya Caca pasti bisa memaklumi keadaan keluarga mereka hari itu. Mendengar nasehat dari ibunya itu, Caca menjadi yakin dan semangat pergi ke sekolahnya, ia yakin jika ia bisa menghadapi semuanya dengan berani.
Caca pun tiba dikelasnya, ia menaruh tas lalu duduk berdiam tanpa kata dibangkunya. Sesaat kemudian bel masuk berbunyi. Bu Anik adalah guru wali kelasnya
Caca memasuki kelas dengan membawa soal ujian UTS nya. Sebelum ujian dimulai bu Anik mempersilahkan anak anak untuk berdoa bersama. Selang setelah itu, bu Anik memanggil Caca untuk maju ke depan. Caca pun berjalan menghampiri bu Anik sambil menundukkan pandangannya.
“Ini Ca kartu ujian UTS kamu, kamu boleh duduk kembali” ucap bu Anik sembari mengulurkan tangannya memberikan kartu ujian kepada Caca.
“Tapi saya belum membayar SPP bu, apakah boleh jika saya mengambil kartunya dan mengikuti ujian UTS ini?” Tanya Caca.
“Ada seseorang yang sudah membayarkan SPP mu Ca, tapi maaf ya bu guru tidak bisa mengatakannya ke kamu” jawab bu Anik.
“Terimakasih ya bu sudah memberitahu Caca, Caca minta tolong sama ibu untuk menyampaikan rasa terimakasih dari Caca untuk beliau ya bu”.
“Iya sama sama Ca, bu guru pasti akan menyampaikannya” ucap bu Anik.
Tanpa berpikir panjang Caca langsung kembali ke tempat duduknya, ia sangat bahagia bisa mengikuti ujian UTS hari ini.
“Assalamualaikum ibu… Caca pulang..” kata Caca dengan gembira. Kemudian bu Isda membukakan pintunya, Caca langsung memeluk ibunya. Bu Isda pun bertanya kepada anaknya
“Sepertinya anak ibu bahagia sekali hari ini, coba ibu pengen dengar Caca hari ini ada cerita apa nak?”
“Ibu aku bahagia sekali, hari ini aku bisa mengikuti ujian UTS nya, nih buktinya.. aku sudah dikasih kartu ujian sama bu Anik tadi pagi”
“Alhamdulillah ibu juga ikutan senang nak, tapi Caca kok bisa dikasih kartu ujiannya sama bu Anik, ayah sama ibu kan belum membayar SPP mu nak?”. Tanya bu Isda heran
Lalu Caca menceritakan kepada ibunya bahwa ada seseorang yang baik hati yang sudah membayarkan SPP Caca, tapi sayangnya bu Anik tidak memberitahukannya kepada Caca, sebab seseorang tersebut yang melarangnya. Caca tadi juga sudah menitipkan ucapan terimakasih Caca ke bu Anik agar disampaikan ke orangnya. Bu Isda pun merespon baik hal yang dilakukan anaknya tersebut. Bu Isda berdoa semoga orang yang sudah membantunya itu mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah dan dilancarkan rezekinya.
Sepuluh Tahun kemudian….
Setelah lulus SMA Caca melanjutkan pendidikannya di Akademi Kepolisian Semarang (AKPOL), ia sudah lulus dari sana beberapa tahun yang lalu dengan menyandang pangkat Ipda Niscala Arkananta Harumi Surya S.Tr.K. Bahkan Niscala atau yang akrab dipanggil Caca dari kecil sekarang menjadi polisi wanita pertama didesanya. Ia juga sudah menghajikan kedua orang tuanya ke tanah suci mekah satu tahun yang lalu. Tak hanya itu Caca juga mendirikan sekolah gratis bagi anak anak yang kurang mampu, mendirikan panti jompo untuk lansia, yayasan yatim piatu dan kaum dhuafa didesanya, hingga bisnis di berbagai bidang.
Selain itu Caca dan keluarganya sekarang menjadi donatur utama bagi semua yayasan anak yatim piatu dan kaum dhuafa didesanya. Kini keadaan Caca telah berubah drastis, Caca dulu yang awalnya kesulitan ketika membayar sekolah hingga ayah dan ibunya yang bekerja keras membanting tulang untuknya, kini semua perjuangan telah berbuah manis. Kedua orang tua Caca, pak Surya dan bu Isda kini hidup bahagia menikmati masa senjanya. Begitu juga dengan Vivi kakak Caca, kini dia telah menjadi dosen di universitas ternama. Caca pun kini juga telah menikah dengan seorang perwira Tentara Angkatan Darat (TNI AD) yang bernama Letda Abyaz Giandra Adikara Digjaya S.Tr.(Han) putra dari pak Habib, guru Caca semasa SMP dulu yang ternyata beliau itulah yang membayarkan SPP sekolah Caca. Kini Caca hidup bahagia dan berkecukupan bersama suami dan kelurganya.
SELESAI